KAJIAN TEORI
A. TERBENTUKNNYA KOTA-KOTA DI INDONESIA
Terbentuknya
kota-kota di Indonesia dapat dikemukakaan berdasarkan hipotesis berikut ini:
1. Terbentuk
karena suatu daerah/dataran luas memiliki potensi yang sama, terdapat keluarga
yang ditempatkan merata, memiliki jarak yang sama, dan memiliki kebutuhan
sosial dan ekonomi. Kebutuhan sosial meliputi: tolong menolong, bertukar
pikiran, berteman, keamanan, dan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan sendiri.
Dan kebutuhan ekonomi, meliputi; bakat dan keahlian yang beda sehingga memiliki
spesialisasi dalam menghasilkan sesuatu produk tertentu berbeda-beda dalam
masing-masing keluarga, yang akan menimbulkan perdagangan (menimbulkan kegiatan
jual beli), terkonsentrasi pada suatu lokasi yang menolong kegiatan produsen
dan konsumen. Dalam wilayah yang luas akan terbagi-bagi menjadi beberapa tempat
yang terkonsentrasi yang memiliki wilayah pengaruh (daerah belakannya).
2. Terbentuk
karena manusia melakukan perjalanan dari tempat ke tempat yang lain cenderung
mengikuti alur lalu lintas yang lazim digunakan. Lambat laun alur itu
menyediakan kemudahan bagi pelaku lalu lintas seperti; penginapan, tempat
istirahat dan komsumsi, dan lain-lain. Karena tujuan perjalanan
berbeda-beda maka alur jalan akan menjadi cabang (persimpangan), persimpangan
ini sering tumbuh menjadi tempat konsentrasi pemukiman.Persimpangan yang
memungkinkan untuk berkembang menjadi pusat konsentrasi adalah yang lalu
lintasnya cukup besar (terutama barang) dan tempat itu digunakan sebagai
transit. Pelaku lintas perlu untuk beristirahat, menginap, misalnya karena
mereka harus pidah dari satu jenis angkutan ke angkutan lainnya. Itulah sebab
menggapa kota-kota di Indonesia berada dekat pantai karena hubungan antara
pulau memerlukan adanya transit di tepi pantai.
3. Terbentuk
karena dipusatkan sebagai tempat kerajaan yang lambat laun karena hilang masa
kerajaan menjadi tempat konsentrasi (kota)
4. Terbentuk
karena hal khusus yang menarik orang untuk datang misalnya ditemukan barang
tambang, daerah menarik untuk pariwisata, dibukanya proyek besar.
B. DEFINISI
KOTA
Beberapa pakar geografi merumuskan pengertian kota
dengan melihat kenampakan keruangan lingkungan kehidupan dalam kota atau
perkotaaan itu sendiri dan melihat interaksi keruangan dengan wilayah
hinterland-nya.
Kota adalah Suatu sistem jaringan kehidupan manusia
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen,
dan corak kehidupan yang materialistic dibandinngkan daerah belakangnya
(Menurut Prof.Drs.Bintarto dalam anonim; 2006)
Kota adalah Suatu daerah tertentu dalam wilayah negara
dimana keberadaannya diatur oleh undang-undang atau peraturan tertentu,
dibatasi oleh batas-batas administrasi tertentu, berstatus sebagai kota
(administrasi, kota madya atau kota besar) berpemerintahan tertentu dengan
segala hak dan kewajibannya mengatur wilayah (menurut Hadi Sabary
yunus;1989 dalam astra wesnawa;134)
Kota adalah keseluruhan kegiatan, gerakan lalulintas,
lembaga-lembaga kongkret yang melayani kebutuhan material dan kultural dari
manusia penghuni kota dan juga ada diluarnnya (Menurut bobek dalam Djaldjoeni;
1999)
Depinisi kota menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), dalam pelaksaan survey status desa/keluraha yang dilakkan pada tahun
2000, menggunakan beberapa kreteria untuk mentapkan apakah suatu desa/kelurahan
dikatagorikan sebagai desa atau kota. Kreteria yang digunakan adalah :
- Kepadatan penduduk per kilometer persegi.
- Presentase rumah tangga yang mata pencaharian
utamanya adalah pertanian atau nonpertanian.
- Presentase rumah tangga yang memiliki telepon.
- Prentase rumah tangga yang menjadi pelanggan
listrik
- Fasilitas umum yang ada di desa/kelurahan,
seperti fasilitas pendidikan, pasar, tempat hiburan, komplek pertokoaan,
dan fasilitas lain seperti: hotel, biliar, diskotik, karaoke, panti
piijat, dan salon. Masing-masing fasilitas diberi skor atau nilai.
Atas dasar skor yang dimiliki desa tersebut maka ditetapkan desa/kelurahan
termassuk dalam salah satu katagori berikut, yaitu perkotaan besar,
perkotaan sedang, perkotaan kecil dan pedesaan.
Kriteria BPS diatas hanya didasarkan
atas kondisi (besaran) fisik dan mestinya dilengkapi dengan melihat apakah
tempat konsentrasi itu menjalankan fungsi perkotaan.
Untuk membatasi pengertian diatas maka daerah
dikatakan kota, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a) Konsentrasi
dan kepadatan penduduk tinggi serta etrogen dalam etnik.
b) Merupakan
wilayah yang terbanngun rapat.
c) Merupakan
wilayah pusat pelayanan jasa dan industri bagi penduduk kota dan penduduk
daerah belakangnya.
d) Interaksi
sosial masyarakat desa bersifat formal, individualistik dan tidak saling
mengenal antara warganya.
e) Stratifikasi
sosial ekonomi masyarakat kota bersifat heterogen
f) Penduduk
kota umumnya berorientasi kepada kemajuan, bersifat terbuka dan berkiblat luar.
Pada dasarnya untuk melihat daerah
konsentrasi itu sebagai kota atau tidak, adalah seberapa banyak fasilitas
perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi
perkotaannya. Fasilitas perkotaan/fungsi pperkotaan, antara lain sebgai
berikut:
1.
Pusat perdagangan.
2.
Pusat
pelayanan jasa.
3.
Tersediannya
prasarana perkotaan.
4.
Pusat
penyediaan fasilitas social.
5.
Pusat
pemerintahan.
6.
Pusat
komunikasi dan pangkalan komunikasi.
7.
Lokasi
pemukiman yang tertata.
Makin banyak fungsi dan pasilitas perkotaan, makin
meyakinkan lokasi konsentrasi itu disebut kota.
C. KEUNTUNGAN BERLOKASI
DI TEMPAT KONSENTRIS
Keuntungan berlokasi pada tempat konsentris adalah
terjadinya agromerasi disebabkan oleh faktor economic of scale dan economic of
localization.
a. Economic of
scale adalah keuntungan karena dapat berproduksi secara berspesialisasi
sehingga produksi lebih besar dan biaya per unitnya lebih efisien. Dengan
memilih tempat dikota akan lebih dapat melakukan spesialisasi sehingga dengan
modal yang sama dapat dipilih suatu bagian produksi khusus walapun tidak
komplit, tetapi dapat dibuat secara besar-besaran. Bagian-bagian lain dapat
dibeli diluar apabila ingin suatu mengasilkan barang akhir atau hasil produksi.
Dasar dari economi of scale adalah factor-faktor produksi yang tidak dapat
dibagi(indivisibility). Misalnya, adanya mesin-mesin atau peralatan yang hanya
terdapat dalam ukuran tertentu.
b. Economic of
localization adalah keuntungan karena di tempat itu terdapat berbagai keperluan
dan fasilitas yang dapat digunakan oleh perusahaan. Berbagai fasilitas itu
misalnya jasa perbangkan, perusahan listrik, perusahaan air bersih, tempat
latihan dan tempat reklame. Pusat konsentrasi juga sekaligus sebagai pusat
konsentrasi juga sebagai pusat pusat perdagangan baik untuk memperoleh bahan
baku maupun untuk menjual barang yang diproduksi. Semuuanya itu dapat
meningkatkan efesiensi perusahaan.
D. BENTUK
HUBUNGAN ANTARA KOTA DENGAN DAERAH BELAKANGNYA
Hubungan antara kota dengan daerah belakangnya dapat
dibedakan antara kota generatif, kota parasitif, dan enclape.
1. Kota
generatif adalah kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk daerah belakannnya, sehingga bersifat saling
menguntungkan/mengembangkan. Kota-kota seperti ini menumbuhkan bahan makanan,
bahan mentah, dan tenaga kerja dari daerah pedalaman.
2. Kota
parasitif kota yang tidak banyak berfungsi untuk menolong daerah belakannya dan
bisa mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh didesa. Kota parasitif umumnya
kota yang belum banyak berkembang industrinya dan masih memiliki sifat-sifat
daerah pertanian, tetapi juga perkotaan sekaligus.
3. Enclatif
bentuk kota yang tidak menguntungkan wilayah pedalaman, yaitu suatu kota yang
bersifat enclape (tertutup). Hubungan yang tidak menguntungkan ialah
apabila kota itu berkembang tetapi tidak mengharapkan input dari daerah
sekitarnya melainkan dari luar. Dalam hal ini, kota adalah suatu eclave,
yaitu seakan-akan terpisah sama sekali dari daerah sekitarnya (daerah
pedalaman) buruknya prasarana, taraf hidup/pendidikan yang sangat mencolok dan
factor lain dapat membuta kurangnya hubungan antara perkotaan dengan daerah
pedalaman di sekitarnya. Enclave sering terjadi pada kota/permukiman
pertambangan besar dimana tingkat kehidupan masyarakat antara di permukiman
dengan di luar pertambangan sangat mencolok perbedaannya.
E. PUSAT
PERTUMBUHAN
Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan
dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional,
pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang
industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan
sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun keluar
(daerah belakangannya). Secara geografis pusat, pertumbuhan adalah suatu lokasi
yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik
(pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik
untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang dating memanfaatkan fasilitas
yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tadak ada interaksi antara
usaha-usaha tersebut. Tidak semua kota negeratif dapat dikatagorikan sebagai
pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat cirri, yaitu adanya
hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,
adanya multiplier effect (unsure pengganda), adanya konsentrasi
geogarfis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya.
1. Adanya
Hubungan Internal Dari Berbagai Macam Kegiatan
Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah
kota. Ada keterkaitan antara satu sector dangan sektor lainnya, karena saling
terkait. Jadi, kehidupan kota menjadisatu irama dengan berbagai komponen
kehidupan kota dan menciptakan suatu sinergi untuk saling mendukung terciptanya
pertumbuhan. Pertumbuhan tidak terlihat pincang, ada sektor terlihat cepat
tetapi ada sektor lain yang tidak terkena imbasnya sama sekali. Hal ini berbeda
dengan sebuah kota yang fungsinya hanya sebagai perantara (transit). Kota perantara
adalah apabila kota itu hanya berfungsi mengumpulkan berbagai bahan dari daerah
belakangnya dan menjual ke kota lain yang lebih besar/luar wilayah dan membeli
berbagai kebutuhan masyarakat dari kota lain dan dijual atau didistribusikan ke
wilayah belakangnya.
2. Ada Efek
Pengganda (Multiplier Effect)
Keberadaan faktor-faktor yang saling terkait dan
saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sector atas
permintaan dari luar wilayah, produsinya meningkat, karena ada keterkaitan
mengakibatkan produksi sector lain juga meningkat dan akan terjadi beberapa
kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali
lipat dibandingkan kenaikan permintaan dari luar untuk sector tersebut (sector
yang pertama meningkat permintaannya).
3.
Ada
Konsentrasi Geografis
Konsentrasi geografis dari berbagi sector atau
fasilitas, selain bisa menciptakan efesiensi diantara sector-sektor yang saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari kota
tersebut. Orang yang dating ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai
kebutuhan pada lokasi yang berdekatan.
4. Bersifat
Mendorong Daerah Belakannya
Hal ini berarti antara kota dengan daerah
belakangnyaterdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari
daerah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan daerah belakangnya untuk
dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang harmonis dengan daerah
belakangnya kota itu memiliki tiga karakteristik yang disebutkan terdahulu, otomatis
kota itu akan berfungsi untuk mendorong daerah belakangnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A HIERARKI
PERKOTAAN
Seorang
perencanaan wilayah sangat perlu memiliki pengetahuan dibidang hierarki
perkotaan. Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki fasilitas
kepentingan umum yang ada dimasing-masing kota. Hierarki perkotaan dapat
membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di
masing-masing kota. Fasilitas kepentingan umum bahkan hanya menyangkut
jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu
mungkin harus ada mulai dari kota kecil hingga kota besar, tetapi kapasitas
pelayanan harus berbeda demikian juga kualitasnya. Tujuan pengaturan adalah
agar terdapat efesiensi, biaya pembangunan dan perawatan fasilitas tidak
berlebihan (mubazir) namun masyarakat pun dapat terlayani tanpa pengorbanan
biaya yang berlebihan untuk mendatangi fasilitas yang letaknya jauh.
Tempat-tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah
perkotaan tersebar di suatu wilayah/Negara dengan penduduk (besarnya
kota) yang tidak sama. Setiap kota memiliki daerah belakang atau wilayah
pengaruhnya. Makin besar suatu kota, makin beragam fasilitas yang disediakan
sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Suatu kota yang besar selain memiliki
daerah belakang yang berupa daerah pertanian juga beberapa kota kecil. Apabila
kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil termasuk dalam
daerah pengaruh dari kota yang lebih besar. Misalnya, kota kecil membeli
berbagai keperluan dan menjual berbagai hasil produksinya ke kota besar.
Demikian juga banyak penduduk dari kota kecil yang pergi bekerja, mencari
tempat pendidikan, dan berbagi urusan lain ke kota besar.
Dalam wilayah suatu Negara akan ada kota
yang sangat besar yang mungkin berupa kota metropolitan, ada kota yang cukup
besar, ada kota sedang, dan ada kota kecil. Misalnya, di Indonesia kota yang
sangat besar adalah Jakarta, yang daerah pengaruhnya meliputi seluruh
Indonesia. Dibawah kota Jakarta dapat di sebut beberapa kota besar ranking
kedua, seperti Surabaya, Medan, Bandung, dan Semarang. Dibawah kota-kota
ranking kedua ini ada kota sedang yang kita anggap kota ranking ketiga
seperti: Palembang, padang, solo, ujung pandang, dan lainya. Kota metropolitan
Jakarta memiliki ruang lingkup pengaruh untuk seluruh Indonesia, kota ranking
kedua seperti Medan memiliki ruang lingkup pengaruh untuk beberapa provinsi di
Pulau Sumatra bagian utara. Kota ranking ketiga memiliki ruang lingkup pengaruh
untuk beberapa kabupaten disekitarnya. Demikian seterusnya untuk kota ranking
berikutnya, ruang lingkup pengaruhnya pun semakin sempit.
Bagaimana cara menetapkan batas pengaruh dari suatu
pusat kota terhadap daerah sekitarnya termasuk terhadap kota lain yang lebih
kecil. Kita ketahui bahwa sulit menetapkan batas pengaruh antara dua kota yang
berlainan orde tetapi masih mungkin menetapkan batas pengaruh dua kota yang
ordenya sama. Untuk kota yang ordenya sama maka dapat di survei dilapangan pada
titik mana mayoritas penduduk berhubungan dengan kota A dan pada sisi
lainnya banyak berhubungan dengan kota B. Untuk kota yang berlainan orde maka
kota kecil itu sendiri merupakan wilayah pengaruh dari kota yang lebih besar.
Namun, untuk kegiatan perdagangan eceran (pemenuhan kebutuhan sehari-hari)
masih mungkin untuk menetapkan batas pengaruh dari dua kota berdekatan yang
berlainan orde tersebut. Hartshorn, ddk. (1988) menggunakan rumuus yang
dinamakan breaking-point theory.
B. BERBAGAI
METODE PENERAPAN ORDO PERKOTAAN
Metode menetapkan orde dapat dibagi
atas tige kelompok, yaitu:
1.Hanya Menggunakan Variabel Penduduk
a) Metode
Chirstaller
Chirstaller berpendapat bahwa perbandingan jumlah
penduduk antara kota orde lebih tinggi dengan kota orde setingkat lebih rendah
setidaknya tiga kali lipat. Jadi, misalnya kota orde I jumlah penduduknya tiga
kali lipat dibandingkan penduduk kota orde II atau kota orde II penduduknya
paling tinggi hanya sepertiga penduduk kota orde I, demikian seterusnya.
Tentunya jumlah penduduk masing-masing kota tidaklah persis sama persis. Dalam
hal ini dilihat angka penduduk kota mendekati salah satu angka tersebut di atas,
dan itulah yang menjadi orde dari kota tersebut.
b)
Metode Rank
Size Rule
Dalam
menetapkan orde perkotaan, metode rank size rule menggunakan rumus berikut ini.
Pn
= P1 x Rn-1
Keterangan:
Pn
= Jumlah Penduduk kota orde ke-n
P1
= Jumlah Penduduk kota tersebar di wilayah tersebut (orde I)
Rn-1
= Orde Kota dengan pangkat -1 atau 1/R
Arti rumus
ini adalah jumlah penduduk kota orde ke-n adalah 1/n jumlah
penduduk kota orde tertinggi (orde I, dalam hal ini P1)
c)
Metode Zipf
Rumus
berikut ini dibuat oleh Auerbach dan Singer tetapi dipopulerkan oleh Zipf
(Glasson, 1974), sehingga lebih dikenal dengan Metoda Zipf.
P1
Rumusnya
adalah Pn = nq
Pn
= jumlah penduduk kota ranking ke- n
P1
= jumlah penduduk kota terbesar
n = orde (ranking)
kota tersebut
q = sebuah
pangkat
rumus Zipf ini tidak dapat digunakan secara langsung
karena pada persamaan tersebut ada dua bilangan yang tidak diketahui, yaitu n
dan q. untuk dapat menggunakannya terlebih dahulu harus ditetapkan
beberapa tingkat ranking perkotaan (n) yang akan dipakai di wilayah tersebut.
Dalam hal ini diperlukan data tentang kota dengan penduduk terbesar dan dengan
penduduk terkecil. ( tetapi masih memenuhi persyaratan sebagai kota).
Menggunakan contoh pada metode Christaller maka kota dengan penduduk teresar
tersebut otomatis diberi orde I, namun kota dengan penduduk terkecil perlu
ditetapkan orde ke beberapa. Misalnya, kota terkecil itu ditetapkan sebagai
orde IV (secara arbiter).
2. Perbandingan
Persentase Hubungan Keluar
Sebuah kota tidak mungkin tidak melakukan hubungan
keluar. Hubungan keluar itu dapat hubungan dengan daerah belakangnya, hubungan
dengan kota orde sama dan hubungan dengan kota orde lebih tinggi. Hubungan itu
dapat berupa membeli bahan baku, menyediakan kebutuhan daerah belakangnya
termasuk pemanfaatan berbagai fasilitas yang ada di kota oleh masyarakat yang
ada di belakangnya, dan arus tenaga kerja. Banyaknya hubungan keluar ini
dinyatakan dengan jumlah trip. Secara teoritis, jumlah trip keluar adalah
sama dengan jumlah trip masuk, karena setiap trip yang pergi akan
diikuti dengan trip pulang. Perbedaannya untuk hari tertentu hanya apabila hari
pergi dan hari pulang tidak sama, akan tetapi apabila masa pengamatan
diperpanjang maka jumlah trip pergi dan jumlah trip pulang semestinya sama.
Trip dapat dinyatakan dalam satuan orang maupun satuan mobil penumpang (SMP).
Dalam praktik yang paling banyak digunakan adalah SMP karena lebih mudah
menghitungnya. Pada setiap kota dapat dihitung jumlsh trip keluar dari kota
tersebut. Presentase trip keluar diantara pasangan kota dapat digunakan untuk
menentukan perbedaan orde dari ke dua kota tersebut., artinya dapat ditentukan
kota man yanhg lebih tinggi ordenya diantara kedua kota tersebut. Kota dengan
presentase keluar ke kota pasangannya, yang lebih rendah dinyatakan memiliki
orde lebih tinggi.
3. gabungan
bebrapa variable
Penentuan orde
perkotaan dapat didasarkan atas gabunan beberapa variable. Variable yang umum
dianggap brpengaruh dalam menetapkan orde perkotaan dalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk perkotaan.
b. Banyaknya asilitas yang dimiliki, seperti luas pasar, luas kompleks
pertokoan, jumlah pasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, baragam
jasa yang dimiliki (seperti jasa bank, jas asuransi, jasa perbengkelan), dan
lainnya.
c. Tingkat aksesbilitas dari kota tersebut terhadap kota terdekat yang
memiliki orde lebih tinggi di wilayah itu, misalnya ibukota kabupaten/provinsi.
Ketiga factor di atas bias dianggap memiliki bobot yang sama tetapi bias
juga berbeda, sesuai dengan pengamatan di lapangan tentan factor mana yang
paling berpengaruh dalam membuat sebuah kota bias menarik pengunjung dari kota
lain/ daerah belakangnya dating ke kota tersebut. Sama seperti dalam
menggunakan metode jumlah penduduk, langkah pertama yang perlu ditempuh adalah
mengidentifikasi seluruh kota yang ada dalam wilayah analisis. Batas kota tidak
didasarka atas batas kota aministrasi tetapi didasarkan atas kondisi fisik dan
memiliki fungsi perkotaan. Batas kota ini akan digunakan baik untuk menghitung
jumlah penduduk maupun jumlah fasilitas yang ada di kota tersebut.
a. Factor jumlah penduduk
Setelah seluruh kota dalam
wilayah analisis diidentifikasi, dihitung jumlah penduduk di setiap kota.
Kemudian kota diurutkan berdasarkan jumlah pnduduknya mulai dari yang terbesar
hingga yang terkecil. Setelah itu, kota – kota itu dibagi dalam beberapa kelas.
Jumlah kelas sama dengan jumah orde perkotaan yang diinginkan.
b. Factor banyaknya failitas
Ada beberapa factor yang tidak
perlu diragkan lagi menciptakan daya tarik bagi sebuah kota, misalnya pasar,
kompleks pertokoan, fasiitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan.akan tetapi,
cukup banyak fasilitas lain yang ada di pertokoan yang juga memiliki daya tarik
dan apabila tidak dibatasi akan membuat daftar fasilitas menjadi sangat
panjang. Fasilitas lain misalnya perbankan, apotek, notaris, pengacara, biro
perjalanan, perkantoran, perbengkelan, tempat hiburan,restoran, hotel, salon
kecantikan, tukang pangkas, gelanggang olahraga, dan tenpat ibadah.
Dalam mengukur daya tarik
masing–masing fasilitas, diketahui ada fasilitas sejenis yang kualitasnya
berbeda sehingga diperlukan pembobotan/pemberian nilai,seperti :
1. Pasar
Mengukur daya tarik pasaruntuk
pasar yan bersifat permanen (bka setiap hari), dapat didasarkan atas luas pasar
(m2) ataupun jumlah pedagang yang berjualan di pasar. Akan tetapi
ada juga pasar yang beupa pecan yang hanya buka seminggu sekali atau lebih
sering. Tetapi tidak setiap hari. Dari sudut hari operasi, bobot untuk pecan
harusdibagi tujuh. Akan tetapi,karena ditetapkan misalnya 30% dari pasar
permanen.
2. Pertokoan
Sama seperti pasar maka daya
tarik pertokoan dapat didasarkan atas luas pertokoan ataupun jumlah took. Sama
seperti jumlah penduduk maka banyaknya toko di masing - masing kota
diurutkan dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi ke dalam kelas.
3. Fasilitas pendidikan
Fasilitas pendidikan sangat
berperan. Dari sudut jenjang pengajaran maka ad ataman kanak – kanak, sekolah
dasar, SLTP, SMA sampai S-3. Mengukur tingkat fasilitas yang tersedia tidak
bisa didasarkan atas unit sekolah/ perguruan tinggi, karena kapasitas atau daya
tapung masing – masing unit sekolah /perguruan tinggi tidak sama dan
perbedaannya bisa cukup besar. Dalam hal ini, yang lebih tepat digunakan adalah
bangku sekolah ataupun jumlah murid/mahasiswa.
4. Fasilitas kesehatan
Sama seperti fasilitas
pendidikan maka fasilitas kesehatan juga cukup beragam. Ada praktik mantra
kesehatan /bidan, praktik dokter umum, praktik dokter spesialis, uskesmas
pembantu,puskesmas tanpa rawat inap, pukesmas dengan rawat inap, rumah sakit
tipe C, rumah sakit tipe B, rumah sakit tipe A. Tentunya pemberian nilai bisa
berbeda dari satu wilayah ke wilayanh yang lain sesuai denan daya tarik
masing-masing fasilitas kesehatan tersebut terhadap pasien di wilayah itu.
Setelah itu, satuan pasien untuk tiap fasilitas di suatu kota dijumlahkan,
emudian digabung untuk mendapatkan total suatu pasien di kota tersebut.
Selanjutnyakota berdasarkan satuan pasien diurutkan dari yang terbesar ke yang
terkecil kemudian di bagi ke dalam kelas. Jumlah kelas sama dengan dalam
analisis penduduk.
c. Tingkat aksesbilitas
Yang dimaksud dengan tingkat
aksesbilitas adalah kemudahan mencapai kota tersebut dari kota / wilayan yang
berdekatan, atau bisa juga dilihat dari sudut kemudahan mencapai wilayah lain
yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Ada berbagai
unsure yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas, misalnya kondisi jalan, jenis
alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan dan jarak. Untuk
menyederhanakan persoalan maka cukup digunakan unsure jarak/ waktu tempuh.
Mengukur tingkat aksesbilitas
suatu kota/lokasi biasanya menggunakan rumus gravitasi. Rumus sederhana yang
dapat digunakan adalah:
PiPj
Tij
= .
F(Zi)
dijb
Tij = tingkat
aksesbilitas dari kota i ke kota j
Pi = penduduk kota i(kota yang dianalisis)
Pj = penduduk kota j (kota terdekat yang ordenya lebih tinggi )
dij = jarak dari daerah i ke daerah j, tapi lebih baik
dinyatakan dalam waktu tempuh (menit)
b = pangkat dari d (dalam banyk hal b = 2)
F(Zi) = fungsi Zi, dimana Zi adalah ukuran daya tarik kota i,
Dengan menggunakan rumus
diatas maka aksesbiitas (Tij)tiap kota dapat dihitung. Kemudian
semua kota diurutkan mulai dari Tij tertinggi ke Tij
terendah. Urutan kota itu dibagi dalam kelas dengan interval yang sama. Jmlah
kelas sama sepertidalam analisis penduduk.
Ada metode lain dimana masing
– masing factor itu besarannya dinyatakan dalam bentuk skor. Kemudian seluruh
skor untuk tiap kota dijumlahan dan setelah itu baru dibagi ke dalam kelas.
Metode yang dikemukakan di atas selain kita memperoleh orde sesuatukota juga
bisa melihat factor kekuatan dan kelemahan pada posisi orde yang dimilikinya.
C. PERMASALAHAN
DALAM MENETAPKAN ORDE PERKOTAAN
Salah satu tujuan menetapkan orde perkotaan adalah
agar dapat diperkirakan luas wilayah pengaruh dari kota tersebut. Dengan
demikian, dapat diperkirakan jenis dan tingkat/mutu fasilitas kepentingan umum
apa saja yang perlu dibangun di kota tersebut, baik untuk melayani penduduk
kota itu sendiri maupun penduduk daerah belakangnya yang sering datang ke
kota tersebut. Pada sisi lain, hal ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan
apakah fasilitas yang telah ada di kota tersebut akan dimanfaatkan secara penuh
oleh penduduk kota itu dan penduduk daerah belakangnya. Orde perkotaan umumnya
didasarkan atas jumlah penduduk atau gabungan antara jumlah penduduk, jumlah
fasilitas kepentingan umum, dan tingkat aksesibilitas kota tersebut terhadap
kota lain yang ordenya lebih tinggi dan berdekatan
Daya tarik sebuah kota beraasal dari bagian kota yang
memiliki fisik sebagai kota ataupun berfungsi sebagai kota. Kesalahan ini
banyak terjadi dalam mengevaluasi kota kecil (misalnya ibu kota kecamatan). Hal
ini karena data yang dianalisis adalah data seluruh kecamatan dan bukan hanya
ibu kota kecamatan yang telah memiliki fisik /fungsi sebagai kota. Walaupun di
kecamatan itu terdapat jumlah penduduk yang banyak, begitu juga jumlah
fasilitas banyak tersedia tetapi lokasinya tersebar di berbagai tempat dan
saling berjauhan sehingga kurang menimbulkan daya tarik. Beragam fasilitas yang
berada pada satu lokasi (berdekatan) akan memberi kemudahan bagi pengguna
jasa/masyarakat. Misalnya dengan mendatangi satu tempat masyarakat sudah bisa
mendapatkan berbagai kebutuhan berupa barang kebutuhan sehari-hari, peralatan
rumah tangga, pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat menghemat waktu dan biaya
bagi pengguna jasa/masyarakat dan hal itu menciptakan daya tarik.
Perlu dicatat bahwa untuk kota besar/metropolitan, masalah
konsentrasi berbagai fasilitas justru bisa menciptakan dampak yang berbeda.
Konsentrasi berbagai fasilitas secara berlebihan dalam satu lokasi justru bisa
menciptakan kemacetan lalu lintas yang merugikan banyak pihak. Kebijakan yang
ditempuh adalah menghindari adanya konsentrasi yang berlebihan di suatu lokasi.
Caranya dengan menyebarkan konsentrasi ke berbagai lokasi dengan tingkat
pelayanan yang berbeda. Jadi, misalnya ada lokasi konsentrasi dengan tingkatan
untuk melayani lingkungan perumahan, ada lokasi untuk melayani tingkatan satu
kelurahan, ada lokasi untuk melayani tingkatan satu kecamatan, ada lokasi
dengan tingkatan melayani satu bagian kota, dan ada lokasi dengan tingkatan
melayani seluruh kota dan regional. Makin tinggi tingkatannya makin beragam
jenis jumlah kebutuhan yang tersedia.
Permasalahan lain dalam menetapkan orde perkotaan
dikemukakan berikut ini. Jika kota-kota berdasarkan ordenya tersebar secara
merata di seluruh wilayah, tidak ada masalah menetapkan metode orde perkotaan.
Namun sering kali terjadi tumbuhnya beberapa kota sedang atau kecil pada
pinggiran kota besar. Kota-kota yang tumbuh pada pinggiran /berdekatan dengan
kota besar seringkali bukanlah sebuah kota mandiri melainkan sebagai kota
satelit dari kota besar. Kota satelit sering hanya dijadikan sebagai tempat
tinggal bagi penduduk yang aktivitas sehari-harinya berada di kota besar.
Seringkali masyarakat kota satelit selain bekerja juga berbelanja,
menyekolahkan anak dan menggunakan fasilitas umum lainnya di kota besar bukan
di kota tgempat ia tinggal.
Secara orde perkotaan karena jumlah penduduknya
banyak, fasilitas juga banyak tersedia dan aksesibilitas juga mudah, kota ini
akan mendapatkan orde yang tinggi dibanding kota lain yang berada jauh dari
kota besar. Disisi lain, terlihat kota satelit tidak atau sedikit sekali
memiliki daerah belakang, bahkan dia sendiri merupakan daerah belakang dari
kota besar yang masyarakatnya banyak menggunakan fasilitas yang ada di kota
besar, dan bukan di kota tempat ia tinggal. Dengan demikian, penyediaan
fasilitas jenis tertentu di kota satelit bisa dibuat lebih rendah dari total
kebutuhan penduduk yang tinggal di kota satelit tersebut. Kebutuhan akan air
minum, listrik, telepon, dan pelayanan persampahan memang harus dikaitkan
dengan total penduduk di kota satelit tersebut (dengan tingkat pelayanan
tertentu). Akan tetapi, kebutuhan akan fasilitas pasar, kompleks pertokoan,
pendidikan, kesehatan, berbagai jasa, dan tempat hiburan bisa lebih rendah dari
total rata-rata kebutuhan penduduk kota satelit.
Menurut teori perkotaan (sesuai dengan pandangan
Christaller), banyaknya kota berdasarkan ordenya adalah makin rendah ordenya,
jumlah kotanya makin banyak. Jadi, semestinya kota orde IV jauh lebih banyak
dari kota orde III, dan kota orde III jauh lebih banyak dari kota orde II,
demikian seterusnya. Namun kota besar seperti Medan, kalau hanya ditinjau dari
sudut jumlah penduduk, kota orde sedang (II dan III) malah lebih banyak
daripada kota orde rendah (IV dan seterusnya). Hal ini antara lain karena
banyaknya kota sedang yang tumbuh sebagai kota satelit dari kota besar. Hal ini
menyebabkan perlu kehati-hatian dalam menetapkan orde dari kota satelit
tersebut.
D. MANFAAT ORDO
(RANGKING)PERKOTAN
Mampaat
dalam menentukan rangking perkotaan dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Rangking
perkotaan adalah sekaligus penyusunan struktur ruang di wilayah tersebut.
Bersama-sama system transportasi jalan(jaringan dan mode) dan lokasi .
2. Ranking
perkotaan dapat digunkan sebagai bahan untuk menyusun bahan, yaitu untuk
menentukan jenis dan besarnya fasilitas yang perlu dibangun dikota tersebut
sesuai dengan luas wilayah belakang dari pusat pertumbuhan.
3. Orde
perkotaan bersama-sama dengan unsure pembentuk struktur ruang lainnya dapat
digunakan untuk meramalkan bagian wilayah mana yang akan cepat berkembang.
4. Mudah
memonitor apakah terjadi perugahan bentuk hubungan antara kota orde yang lebih
tinggi dengan kota yang orde lebih rendah.
5. Sebagai
bahan masukan untuk perencanaan perkotaan dan perencanaan pembangunan daerah, termasuk
penetapan kebijakan tentang keseimbangan pertumbuhan antarkota dan antara kota
dengan deerah belakangnya.
6. Perlu
diperhatikan kota-kota yan berada pada massa perubahan (panaoroba). Jumlah
penduduknya berada pada sekitar pertengahan antara orde yang lebih rendah
dengan orde yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar